Follow me on Twitter RSS FEED

My Wish :)

Posted in


Pernahkah kau merasa kesepian ?
Walaupun sebenarnya kau sama sekali tak memiliki alasan untuk itu
Ya, kau memiliki keluarga yang lengkap, lingkungan yang memadai , kondisi ekonomi yang baik, dan juga persahabatan, atau bahkan mungkin kekasih.
Tetapi, tetap saja, semua itu tidak bisa menjamin kalau kau tidak akan pernah merasa kesepian.
Seperti halnya aku, di lingkungan pergaulanku saat ini.
 
Dahulu, kami selalu bersama, juga saling tertawa dan bercanda.
Bahkan, tiada satu hari tanpa kata ejekan dari mulut kami semua.
Suasana hangat pun terasa, dan aku sangat menyukai itu.
Aku fikir, hal ini akan terus berlanjut.
Tetapi ternyata tidak.
 
Seiring berjalannya waktu, kami pun mulai berpisah.
Karena, sebagian besar dari kami sudah merasa menemukan dunianya masing-masing.
Begitu juga aku.
Tetapi terkadang, aku juga masih bergabung dengan mereka, mencoba untuk melakukan rutinitas seperti semula,
yaitu kembali bercanda seperti biasa, walau kini ada beberapa "orang baru" diantara kami.
Anehnya, meskipun mereka masih ada, dan tetap orang yang sama tetapi aku merasa, kalau posisiku sudah tergantikan oleh orang lain.
 
Aku menjadi merasa terasing.
Bahkan, mereka bisa tertawa dengan "penggantiku" itu dengan lepasnya,
hingga mereka lupa, kalau ada aku di tengah-tengah mereka.
 
Kau tahu ?
Bagiku hal yang paling menyakitkan adalah, ketika kau merasa diasingkan oleh orang-orang yang kau anggap sebagai teman.
Bayangkanlah, ketika kau merasa tiba-tiba tidak bisa berbaur dengan sahabat-sahabatmu, dan membiarkan mereka tertawa dengan bahagia, dengan atau tanpamu, seakan tak ada bedanya.
Sementara kau hanya bisa tersenyum lirih, karena kau menyadari, kalau kau tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.
Bahkan dimatamu, mereka seakan mereka sedang berkata " Siapa kau ? "
 
Menyadari hal ini, aku pun hanya bisa tersenyum sambil berkata lirih
" Jadi , walau tidak ada aku pun tidak apa-apa ya ? "
 
Sekarang, dari kejauhan, aku hanya bisa tersenyum memandangi mereka, sambil menghitung waktu yang tepat untuk menghilang dari mereka semua.
Mungkin hanya aku yang merasakan hal ini
Ya , hanya aku dan cuma aku
 
Tapi, kini kumantapkan hatiku, dan kucoba untuk tetap bertahan dan bersabar.
Kutebalkan mukaku, dan kutambahkan kesabaranku, sambil tetap berkumpul bersama mereka, seraya berdoa,


Ah, semoga semua yang aku tulis ini hanya perasaanku saja Tuhan :)


Chapter 44

Posted in
" Bagaimana kau bisa mengetahui namaku ? " Tanya gadis yang ternyata bernama Shera itu sambil berusaha melepaskan tangannya dari Neo.
Mendengar pertanyaan itu, Neo hanya tersenyum tipis.

" Apa kau benar-benar tidak mengingatku ? " Tanyanya Neo pelan.

" Gue penasaran, kalau memang dia pacar Neo, mengapa dia tidak mengingatnya ? " gumam Reihn heran.

" Kalau soal itu biar gue yang jelasin " Sahut Juki yang tiba-tiba sudah berada di tengah-tengah mereka semua.
Melihat kehadiran Juki yang mendadak itu, membuat Reihn berteriak kecil sambil langsung menamparnya.

" Kampret, dateng-dateng bukannya disambut malah ditampar gue " keluh Juki kesal sambil meraba pipi sebelah kirinya. Sementara Bima yang berada di sampingnya hanya tersenyum sambil mati-matian menahan tawa.

" Elo sih datengnya tiba-tiba gitu ! " Sahut Reihn tak mau kalah.

" Sudah sudah. Juk, lo bisa ceritain apa yang terjadi di antara mereka ? " Lerai Satria.

" Itu sih gampang. Sebenarnya begini ceritanya "
---------------------------
(3 bulan yang lalu)

Siang itu, cuacanya cukup panas, karena hampir tidak ada satupun awan disana. Tapi, walau sinar teriknya tetap terpancar, hal itu sama sekali tidak membuat kedua manusia ini merasa kepanasan
Mereka justru saling berkejar-kejaran di antara padang ilalang sambil menikmati cahaya matahari yang terik tersebut.
Tampak sang gadis berlari sambil tertawa lepas. Sesekali, dia berbalik dan menjulurkan lidahnya kepada seorang lelaki di belakangnya. Sementara lelaki itu hanya tersenyum lebar sambil tetap mengejarnya.
Tampak aura bahagia terpancar dari keduanya.

Namun, tiba-tiba kaki gadis itu menginjak sebuah batu yang berlumut cukup lebat, sehingga membuatnya tergelincir ke arah belakang. Untungnya lelaki di belakangnya dapat dengan sigap menangkapnya dari belakang.

Ketika sinar matahari mengenai wajah mereka, terlihat kalau ternyata mereka adalah Neo dan Shera.

" Makanya kalau lari itu hati-hati, jangan asal injak aja " Ujar Neo sambil tertawa. Sementara Shera hanya tersipu sambil langsung mencubit pipi Neo dengan gemas.

" Iya iya , makasih ya " sahutnya pelan sambil kembali tersenyum lepas.
Setelah Neo membantunya untuk berdiri, mereka pun berjalan keluar dari padang ilalang tersebut, dan duduk di sebuah bukit.

Dari bukit itu, terlihat ada sebuah padang rumput luas, dan dikelilingi pepohonan di sekelilingnya.
Bila diperhatikan, rupanya padang rumput itu adalah tempat yang biasa digunakan oleh Satria dan yang lainnya untuk berlatih, sementara bukit yang tengah mereka tempati itu, adalah tempat ketika Reihn melihat Neo yang tengah bertarung melawan salah satu mata-mata desa petir dahulu.

Mereka pun lalu duduk di bukit itu sambil berpegangan tangan.

" Lihat Neo, menara itu terlihat cantik ya ? " Tanya Shera sambil menunjuk ke sebuah menara yang letaknya cukup jauh.
Terlihat ada beberapa sambaran petir di belakangnya.
Entah bagian mananya yang disebut "cantik" oleh gadis ini. Sementara di mata Neo, menara itu justru terlihat biasa saja.

" Aku ingin berada di sana. Mungkin, pemandangan yang terlihat daru puncak menara itu akan lebih indah dari yang terlihat di bukit ini. Bener gak ? " Tanya Shera dengan mata berbinar-binar.
Melihat mata itu, Neo pun hanya tertawa sambil membelai kepala Shera dengan lembut.

" Dasar. Kamu emang ga pernah berubah, selalu menyukai ketinggian " jawabnya gemas.

" Biarin ! Tapi, mulai besok, kita memang beneran harus pisah ya ? " Tanya Shera pelan. Sorot matanya terlihat tak rela.$0D

" Cuma sementara kok, lagipula, aku hanya mau mempelajari sihir cuaca lebih dalam aja, agar bisa lebih jago lagi dari kamu " Jawab Neo sambil menatap padang rumput yang berada di hadapannya.

" Tapi kan , "

" Begini saja, ayo kita berjanji " usul Neo sambil mengulurkan jari kelingkingnya kepada Shera.
Mendengar itu, Shera pun menggaruk kepalanya, tanda tak mengerti.

" Janji ? "

" Iya, janji kalau di antara kita sudah jago mengendalikan sihir ini, kita akan bertemu kembali di bukit ini " ujar Neo lagi.

" Baiklah, aku setuju " jawab Shera sambil mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Neo.

----------------------------

" So sweet " Komentar Reihn sambil memegang kedua pipinya.

" Berasa lagi dengerin telenovela deh gue " Ujar Satria sambil meringis.

" Tunggu sebentar. Gue jadi mulai mengerti tentang hubungan mereka. Namun, setelah itu apa yang terjadi pada Shera? " Tanya Vigo tak mengerti.

Mendengar pertanyaan itu, Juki hanya menggelengkan kepalanya.

" Gue juga ga tau. Neo hanya bercerita kepada gue tentang hal ini saja. " Jawab Juki pelan.

" Lagipula, semenjak kehilangan kontak dengan pacarnya, sifat Neo juga mulai berubah " sambung Bima.

" Memangnya dulu sifat dia bagaimana ? " Tanya Chansey penasaran.

" Dahulu, dia orangnya sangat terbuka dan ramah. Namun sekarang, kalian tahu sendiri kan ? " Jawab Juki lagi.


" Jangan sembarangan , Aku bahkan tidak pernah bertemu denganmu ! " seru Shera lantang, yang langsung membuyarkan cerita Juki sambil masih berusaha menarik tangannya dari Neo. Mendengar itu, mereka pun langsung kembali menoleh kepada Neo.
Tampak, setelah dia berkata demikian, tiba-tiba Neo melepaskan pegangannya, dan membuat gadis itu menjadi terdorong ke belakang, tepat di tepi pilar.

" Shera ! Awas ! " Seru Neo sambil langsung berlari mendekatinya.
Namun, karena keseimbangan Shera sudah terlebih dulu goyah, mengakibatkan dia terjatuh ke bawah.
Melihat itu, Neo pun langsung mengejar dan menangkap lengannya.
Dia memegangnya dengan erat, hingga akhirnya mereka terjatuh ke bawah bersama-sama.

" Astaga, Neo ! " Seru Rian panik. Dia pun langsung berlari mendekati Neo, disusul dengan semua teman-temannya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Chapter 43

Posted in
Orang itu membuka penutup kepalanya, sehingga membuat rambut panjangnya menjadi terurai keluar.
Raut mukanya terlihat angkuh, sementara sorot matanya penuh dengan kebencian.
Bibirnya yang tipis itu pun tersenyum dengan sinis sambil memandangi Satria dan yang lainnya.
Melihat itu, tampak Rian , Reihn dan Vigo segera bersiaga sambil mempersiapkan sihirnya masing-masing.
Sementara Chansey hanya bersembunyi di belakang Neo yang tampak kaku.

Sejurus kemudian, tampak gadis itu melompat dari tempatnya semula dan menghilang , lalu muncul tepat di hadapan Satria.

" Aku tak percaya, bahkan mata-mata terbaik kami pun tidak bisa mengalahkan orang ini " gumamnya sambil menunjuk wajah Satria. Tampak dia tersenyum dingin.

" Menjauh dari Satria ! " Seru Aitor sambil mencoba untuk mengeluarkan skill jaringnya.
Tetapi, sebelum jaring itu sempat keluar, gadis itu tampak sudah kembali menghilang dan berada di tempatnya semula.
Kini, dia pun duduk di ujung pilar gerbang itu, sambil memandangi Aitor.

" Lebih baik kau bertapa dulu selama seratus tahun kalau ingin menyentuhku " ujarnya sambil tertawa sinis. Sementara Aitor pun hanya bisa menatapnya dari jauh sambil menahan geram.

" Sudahlah tor, dia cuma mau mancing emosi lu aja " Gumam Rian menenangkan.

" Baik, karena kebetulan aku sedang tidak ada pekerjaan, jadi mungkin lebih baik kalau aku bermain-main dahulu dengan kalian ya " Sahut gadis itu lagi sambil memutar-mutar telunjuk kirinya.
Melihat itu, sejenak Iza menjadi termenung untuk sesaat. Tetapi setelah itu, raut mukanya menjadi pucat dan segera melompat untuk mendorong Satria.

" Awas ! " teriaknya panik.

Setelah itu, terlihat ada sebuah petir yang menyambar tepat di tempat Satria berpijak pada awalnya.
Tampak Reihn dan Nelve langsung mendekati Satria dan membantunya untuk bangun.
Bila dilihat secara sekilas, tampak bekas tempat berpijak Satria itu terlihat sedikit berlubang dan terasa ada uap-uap panas di sana.
Satria hanya bisa termenung melihatnya.
Andai saja Iza tidak mendorongnya, mungkin dia sudah . .

" Oh, jadi kalian para gadis yang digosipkan itu ya ? " Ujar gadis itu sambil memegang dagunya, dan memandangi Iza, Nelve dan Reihn secara bergantian.
Setelah itu, dia pun langsung tersenyum licik.

" Baiklah, mari kita uji seperti apakah kekuatan para anak pemilik kekuatan legendaris itu " Serunya sambil kembali memutar-mutar telunjuknya dan menunjuk ke arah Iza.
Hal ini pun langsung membuat raut muka Vigo dan yang lainnya menjadi pucat.
Mereka pun langsung berlari ke arah Iza.

" Iza ! Cepat lari ! " Seru Vigo panik.

Namun, sebelum petir itu sempat keluar dari telunjuk gadis itu, tampak Neo sudah berada di hadapannya, sambil memegang tangan gadis itu.

" Hentikan Shera ! Kau sudah keterlaluan ! " Serunya lantang.

Tentu saja kejadian itu membuat teman-temannya tercengang. Mereka pun hanya bisa saling berpandangan setelah melihatnya.

" Tunggu sebentar, mengapa Neo bisa mengenal gadis itu ? " tanya Aitor tak mengerti.

" Aku juga tidak tahu " Jawab Chansey bingung.

" Aku tidak begitu mengerti, tetapi dahulu aku ingat, kalau dulu sebelum Neo bergabung bersama kita, dia selalu bersama seorang gadis. Dan kalau tidak salah, raut muka gadis itu hampir sama dengan raut muka gadis ini " Sahut Rian sambil mengerutkan keningnya.
Mendengar itu, teman-temannya pun langsung menoleh ke arahnya,

" Jadi ? Dia adik Neo ? " Tanya Iza kurang mengerti. Reihn menggeleng.

" Sepertinya tidak. Karena dulu aku juga pernah melihatnya. dan tatapan Neo selalu lembut ketika memandang gadis itu" Gumam Reihn.
Mendengar jawaban Reihn, kini giliran Vigo yang langsung menangkap arti dari kata-kata Reihn tersebut.

" Tunggu sebentar, jangan-jangan maksudmu itu .. "

" Yap, bisa jadi gadis itu adalah kekasihnya "
----