Follow me on Twitter RSS FEED

Chapter 44

Posted in
" Bagaimana kau bisa mengetahui namaku ? " Tanya gadis yang ternyata bernama Shera itu sambil berusaha melepaskan tangannya dari Neo.
Mendengar pertanyaan itu, Neo hanya tersenyum tipis.

" Apa kau benar-benar tidak mengingatku ? " Tanyanya Neo pelan.

" Gue penasaran, kalau memang dia pacar Neo, mengapa dia tidak mengingatnya ? " gumam Reihn heran.

" Kalau soal itu biar gue yang jelasin " Sahut Juki yang tiba-tiba sudah berada di tengah-tengah mereka semua.
Melihat kehadiran Juki yang mendadak itu, membuat Reihn berteriak kecil sambil langsung menamparnya.

" Kampret, dateng-dateng bukannya disambut malah ditampar gue " keluh Juki kesal sambil meraba pipi sebelah kirinya. Sementara Bima yang berada di sampingnya hanya tersenyum sambil mati-matian menahan tawa.

" Elo sih datengnya tiba-tiba gitu ! " Sahut Reihn tak mau kalah.

" Sudah sudah. Juk, lo bisa ceritain apa yang terjadi di antara mereka ? " Lerai Satria.

" Itu sih gampang. Sebenarnya begini ceritanya "
---------------------------
(3 bulan yang lalu)

Siang itu, cuacanya cukup panas, karena hampir tidak ada satupun awan disana. Tapi, walau sinar teriknya tetap terpancar, hal itu sama sekali tidak membuat kedua manusia ini merasa kepanasan
Mereka justru saling berkejar-kejaran di antara padang ilalang sambil menikmati cahaya matahari yang terik tersebut.
Tampak sang gadis berlari sambil tertawa lepas. Sesekali, dia berbalik dan menjulurkan lidahnya kepada seorang lelaki di belakangnya. Sementara lelaki itu hanya tersenyum lebar sambil tetap mengejarnya.
Tampak aura bahagia terpancar dari keduanya.

Namun, tiba-tiba kaki gadis itu menginjak sebuah batu yang berlumut cukup lebat, sehingga membuatnya tergelincir ke arah belakang. Untungnya lelaki di belakangnya dapat dengan sigap menangkapnya dari belakang.

Ketika sinar matahari mengenai wajah mereka, terlihat kalau ternyata mereka adalah Neo dan Shera.

" Makanya kalau lari itu hati-hati, jangan asal injak aja " Ujar Neo sambil tertawa. Sementara Shera hanya tersipu sambil langsung mencubit pipi Neo dengan gemas.

" Iya iya , makasih ya " sahutnya pelan sambil kembali tersenyum lepas.
Setelah Neo membantunya untuk berdiri, mereka pun berjalan keluar dari padang ilalang tersebut, dan duduk di sebuah bukit.

Dari bukit itu, terlihat ada sebuah padang rumput luas, dan dikelilingi pepohonan di sekelilingnya.
Bila diperhatikan, rupanya padang rumput itu adalah tempat yang biasa digunakan oleh Satria dan yang lainnya untuk berlatih, sementara bukit yang tengah mereka tempati itu, adalah tempat ketika Reihn melihat Neo yang tengah bertarung melawan salah satu mata-mata desa petir dahulu.

Mereka pun lalu duduk di bukit itu sambil berpegangan tangan.

" Lihat Neo, menara itu terlihat cantik ya ? " Tanya Shera sambil menunjuk ke sebuah menara yang letaknya cukup jauh.
Terlihat ada beberapa sambaran petir di belakangnya.
Entah bagian mananya yang disebut "cantik" oleh gadis ini. Sementara di mata Neo, menara itu justru terlihat biasa saja.

" Aku ingin berada di sana. Mungkin, pemandangan yang terlihat daru puncak menara itu akan lebih indah dari yang terlihat di bukit ini. Bener gak ? " Tanya Shera dengan mata berbinar-binar.
Melihat mata itu, Neo pun hanya tertawa sambil membelai kepala Shera dengan lembut.

" Dasar. Kamu emang ga pernah berubah, selalu menyukai ketinggian " jawabnya gemas.

" Biarin ! Tapi, mulai besok, kita memang beneran harus pisah ya ? " Tanya Shera pelan. Sorot matanya terlihat tak rela.$0D

" Cuma sementara kok, lagipula, aku hanya mau mempelajari sihir cuaca lebih dalam aja, agar bisa lebih jago lagi dari kamu " Jawab Neo sambil menatap padang rumput yang berada di hadapannya.

" Tapi kan , "

" Begini saja, ayo kita berjanji " usul Neo sambil mengulurkan jari kelingkingnya kepada Shera.
Mendengar itu, Shera pun menggaruk kepalanya, tanda tak mengerti.

" Janji ? "

" Iya, janji kalau di antara kita sudah jago mengendalikan sihir ini, kita akan bertemu kembali di bukit ini " ujar Neo lagi.

" Baiklah, aku setuju " jawab Shera sambil mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Neo.

----------------------------

" So sweet " Komentar Reihn sambil memegang kedua pipinya.

" Berasa lagi dengerin telenovela deh gue " Ujar Satria sambil meringis.

" Tunggu sebentar. Gue jadi mulai mengerti tentang hubungan mereka. Namun, setelah itu apa yang terjadi pada Shera? " Tanya Vigo tak mengerti.

Mendengar pertanyaan itu, Juki hanya menggelengkan kepalanya.

" Gue juga ga tau. Neo hanya bercerita kepada gue tentang hal ini saja. " Jawab Juki pelan.

" Lagipula, semenjak kehilangan kontak dengan pacarnya, sifat Neo juga mulai berubah " sambung Bima.

" Memangnya dulu sifat dia bagaimana ? " Tanya Chansey penasaran.

" Dahulu, dia orangnya sangat terbuka dan ramah. Namun sekarang, kalian tahu sendiri kan ? " Jawab Juki lagi.


" Jangan sembarangan , Aku bahkan tidak pernah bertemu denganmu ! " seru Shera lantang, yang langsung membuyarkan cerita Juki sambil masih berusaha menarik tangannya dari Neo. Mendengar itu, mereka pun langsung kembali menoleh kepada Neo.
Tampak, setelah dia berkata demikian, tiba-tiba Neo melepaskan pegangannya, dan membuat gadis itu menjadi terdorong ke belakang, tepat di tepi pilar.

" Shera ! Awas ! " Seru Neo sambil langsung berlari mendekatinya.
Namun, karena keseimbangan Shera sudah terlebih dulu goyah, mengakibatkan dia terjatuh ke bawah.
Melihat itu, Neo pun langsung mengejar dan menangkap lengannya.
Dia memegangnya dengan erat, hingga akhirnya mereka terjatuh ke bawah bersama-sama.

" Astaga, Neo ! " Seru Rian panik. Dia pun langsung berlari mendekati Neo, disusul dengan semua teman-temannya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

0 komentar:

Posting Komentar