Follow me on Twitter RSS FEED

Chapter 43

Posted in
Orang itu membuka penutup kepalanya, sehingga membuat rambut panjangnya menjadi terurai keluar.
Raut mukanya terlihat angkuh, sementara sorot matanya penuh dengan kebencian.
Bibirnya yang tipis itu pun tersenyum dengan sinis sambil memandangi Satria dan yang lainnya.
Melihat itu, tampak Rian , Reihn dan Vigo segera bersiaga sambil mempersiapkan sihirnya masing-masing.
Sementara Chansey hanya bersembunyi di belakang Neo yang tampak kaku.

Sejurus kemudian, tampak gadis itu melompat dari tempatnya semula dan menghilang , lalu muncul tepat di hadapan Satria.

" Aku tak percaya, bahkan mata-mata terbaik kami pun tidak bisa mengalahkan orang ini " gumamnya sambil menunjuk wajah Satria. Tampak dia tersenyum dingin.

" Menjauh dari Satria ! " Seru Aitor sambil mencoba untuk mengeluarkan skill jaringnya.
Tetapi, sebelum jaring itu sempat keluar, gadis itu tampak sudah kembali menghilang dan berada di tempatnya semula.
Kini, dia pun duduk di ujung pilar gerbang itu, sambil memandangi Aitor.

" Lebih baik kau bertapa dulu selama seratus tahun kalau ingin menyentuhku " ujarnya sambil tertawa sinis. Sementara Aitor pun hanya bisa menatapnya dari jauh sambil menahan geram.

" Sudahlah tor, dia cuma mau mancing emosi lu aja " Gumam Rian menenangkan.

" Baik, karena kebetulan aku sedang tidak ada pekerjaan, jadi mungkin lebih baik kalau aku bermain-main dahulu dengan kalian ya " Sahut gadis itu lagi sambil memutar-mutar telunjuk kirinya.
Melihat itu, sejenak Iza menjadi termenung untuk sesaat. Tetapi setelah itu, raut mukanya menjadi pucat dan segera melompat untuk mendorong Satria.

" Awas ! " teriaknya panik.

Setelah itu, terlihat ada sebuah petir yang menyambar tepat di tempat Satria berpijak pada awalnya.
Tampak Reihn dan Nelve langsung mendekati Satria dan membantunya untuk bangun.
Bila dilihat secara sekilas, tampak bekas tempat berpijak Satria itu terlihat sedikit berlubang dan terasa ada uap-uap panas di sana.
Satria hanya bisa termenung melihatnya.
Andai saja Iza tidak mendorongnya, mungkin dia sudah . .

" Oh, jadi kalian para gadis yang digosipkan itu ya ? " Ujar gadis itu sambil memegang dagunya, dan memandangi Iza, Nelve dan Reihn secara bergantian.
Setelah itu, dia pun langsung tersenyum licik.

" Baiklah, mari kita uji seperti apakah kekuatan para anak pemilik kekuatan legendaris itu " Serunya sambil kembali memutar-mutar telunjuknya dan menunjuk ke arah Iza.
Hal ini pun langsung membuat raut muka Vigo dan yang lainnya menjadi pucat.
Mereka pun langsung berlari ke arah Iza.

" Iza ! Cepat lari ! " Seru Vigo panik.

Namun, sebelum petir itu sempat keluar dari telunjuk gadis itu, tampak Neo sudah berada di hadapannya, sambil memegang tangan gadis itu.

" Hentikan Shera ! Kau sudah keterlaluan ! " Serunya lantang.

Tentu saja kejadian itu membuat teman-temannya tercengang. Mereka pun hanya bisa saling berpandangan setelah melihatnya.

" Tunggu sebentar, mengapa Neo bisa mengenal gadis itu ? " tanya Aitor tak mengerti.

" Aku juga tidak tahu " Jawab Chansey bingung.

" Aku tidak begitu mengerti, tetapi dahulu aku ingat, kalau dulu sebelum Neo bergabung bersama kita, dia selalu bersama seorang gadis. Dan kalau tidak salah, raut muka gadis itu hampir sama dengan raut muka gadis ini " Sahut Rian sambil mengerutkan keningnya.
Mendengar itu, teman-temannya pun langsung menoleh ke arahnya,

" Jadi ? Dia adik Neo ? " Tanya Iza kurang mengerti. Reihn menggeleng.

" Sepertinya tidak. Karena dulu aku juga pernah melihatnya. dan tatapan Neo selalu lembut ketika memandang gadis itu" Gumam Reihn.
Mendengar jawaban Reihn, kini giliran Vigo yang langsung menangkap arti dari kata-kata Reihn tersebut.

" Tunggu sebentar, jangan-jangan maksudmu itu .. "

" Yap, bisa jadi gadis itu adalah kekasihnya "
----

0 komentar:

Posting Komentar