Posted in
Fan Fiction :)
" Surat ini lagi ! "
tampak seorang lelaki sedang membanting suatu surat , atau mungkin lebih tepatnya bisa dikatakan selembar kertas ke lantai dengan kesal .
Tidak lama kemudian , muncullah seorang anak perempuan dari balik pintu , sambil membawa seekor kucing .
" Ada apa kak ? " Tanya gadis itu .
" Surat -surat ini membuatku kesal ! " serunya lagi sambil mengacak-acak rambutnya .
Gadis itu pun menoleh ke arah kotak pos mereka . Memang akhir-akhir ini kotak itu slalu dipenuhi oleh kertas-kertas yang tidak diketahui siapa pengirimnya . Bahkan pengantar surat di kompleks itu saja , mengaku tak pernah mengirimkan surat itu .
Dengar-dengar surat itu ditujukan untuk gadis itu , tetapi kakaknya selalu melarang untuk membacanya , karena dia masih curiga tentang surat misterius itu .
" Kenapa sih aku tak boleh membaca surat itu ? Padahal surat itu kan buatku " tanya gadis itu lagi heran sambil menurunkan kucingnya .
Kakaknya hanya diam sambil menggaruk kepalanya . Awalnya dia mengira , kalau surat ini nantinya akan menghilang seiring dengan berjalannya waktu . Tetapi dugaannya meleset . Surat ini malah makin menjadi-jadi saja . Yang awalnya sehari sekali , bisa sampai 3 kali datang .
" Ya sudahlah , coba cepat kamu baca ! " ujar lelaki itu sambil beranjak dari teras dengan kesal .
Gadis itu masih bingung
" serius nih gak apa-apa ? " tanyanya lagi kurang yakin .
" serius nih gak apa-apa ? " tanyanya lagi kurang yakin .
" Daripada pagi ini kita sarapan kertas , lebih baik kau baca saja " jawab kakaknya .
Gadis itu hanya mengangkat bahu , lalu berlari menuju kotak pos itu . Diambilnya selembar kertas itu .
Tampak lecek dan seperti kertas tua karena sudah menguning . Tulisannya juga agak buram .
Tetapi di pojok kertas itu tertulis namanya .
" Ini surat apaan sih " gumam gadis itu sambil mencoba membacanya
" Cepat baca , aku sudah penasaran " suruh kakaknya tak sabar .
Dan beginilah isi surat tersebut :
"Kepada Nelve , diharapkan untuk segera mendatangi tempat org yg tlah membuat surat ini .
Tak usah kau banyak bertanya , kau hanya perlu mengikuti kemana kertas ini akan pergi diikuti oleh angin
Tertanda : Orang Ganteng (wtf?) "
Tertanda : Orang Ganteng (wtf?) "
Nelve , yang membaca surat itu hanya bisa mengernyitkan dahinya .
" Ini maksudnya apa lagi , gue mana tau siapa yg bikin surat " ujarnya lagi .
" Ya sudahlah , coba kamu ikutin saja " saran kakaknya itu .
Nelve termenung . Mengikuti surat yang bahkan dia tak tahu dari siapa ? Butuh berpikir berulang kali untuk melakukannya
" Daripada rumah kita jadi kebanjiran surat , lebih baik kamu ikutin saja " sambung kakaknya lagi .
Nelve mengangkat bahu , menyerah .
Dia pun menerbangkan surat itu , dan surat itu pun terbang lurus ke depan .
" Kalau sampai sore gue belum pulang , maaf ya " pamit gadis itu sambil berlari mengikuti kertas itu terbang . Kakaknya hanya tersenyum kecil .
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
(Suatu tempat antah berantah)
Suatu potongan kertas kecil terbang dan mengelilingi seseorang yang tengah sibuk merapikan gunungan kertas yang sama seperti yang telah diterima Nelve .
" Kelihatannya dia sudah bergerak "
" Bagus deh , karena gue udah capek yang mau ngirim surat " sahut seorang lelaki yang tampak kepayahan sambil tiduran di atas meja .
" Yasudah cepat sana jemput dia "
" Oke ! " ujar lelaki itu sambil berlari menjauh
" Tunggu dulu ! "
" Apa lagi ? "
" Pintu keluarnya sebelah sana " ujar temannya sambil menunjuk ke arah berlawanan sambil menahan senyum
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
(Kermbali lagi ke cerita utama)
Nelve masih berusaha mengejar kertas aneh itu , yg makin lama makin membawanya ke tempat aneh yg tak dia kenal .
Dan sepanjang perjalanan , dia berkali-kali menemukan makhluk aneh
seperti burung bangkai raksasa , tanaman yang bisa berjalan , dan lain sebagainya .
Sulit untuk mendefinisikannya dengan kata-kata .
Dan kali ini membawa dia menuju semak belukar yang berada di sebuah hutan yang hawanya terasa sangat asing baginya .
" Ini kertas maunya apaan coba " keluhnya sambil membersihkan bajunya dari sisa semak" yang menempel di bajunya
tiba-tiba kertas itu berhenti , lalu menyobek-nyobek dirinya sendiri hingga menjadi serpihan-serpihan kertas kecil .
" Nah lo bagus , setelah susah-susah diikutin sekarang malah ngilang " gumam Nelve sebal , lalu mencoba melihat ke sekelilingnya
seperti kota tua yang sudah lama ditinggalkan , dan sama sekali tak ada tanda-tanda kehidupan di sana .
" Sabar , jangan panik , jangan panik " pikir Nelve mencoba tenang sambil mencoba berkeliling .
Tapi tampaknya semua bangunan disana memang sudah kosong .
" Kayanya gue lagi dipermainin nih " pikir Nelve sebal , lalu berpikir untuk pulang
Tetapi dia sadar
DIA SENDIRI TIDAK TAHU JALAN KELUARNYA DIMANA
" What The Day ! " keluh Nelve sambil menendang batu di dekatnya .
Belum selesai penderitaannya , tampak sebuah bayangan besar berada di belakangnya
" Nah bagus , sekarang apa lagi ini " pikirnya sambil menoleh ke belakang .
Tampak sesosok monster aneh raksasa sambil membawa sebuah pemukul yang dipenuhi oleh duri .
" Udah nyasar , stuck di kota mati , skrg dicegat sama makhluk aneh. sempurna " pikir Nelve sambil menggaruk kepala .
Makhluk itu pun segera melayangkan pemukulnya ke arah Nelve , yang langsung dihindari dengan sigap olehnya . Tampak pemukul itu menghancurkan dinding rumah yang tadinya utuh.
Dia pun berpikir untuk melawannya , sebelum dia menyadari satu hal
DIA TIDAK MEMILIKI SENJATA APAPUN
" Kayanya hari ini gue emang lagi apes banget deh " pikir Nelve lagi .
Makhuk itu hendak melayangkan senjatanya lagi , tetapi saat Nelve akan menghindar , sepatunya tersangkut oleh akar-akar yang ada di tanah . Pertahanan dirinya pun roboh . Sikap pedenya pun mulai mencair .
Baiklah , ini emang saatnya untuk panik .
" Mampus mampus , gue g mau mati konyol disini " pikirnya panik sambil berusaha melepas sepatunya dari lilitan akar itu , tapi sia-sia .
Sementara makhluk itu semakin mendekat . Karena pasrah , dia pun hanya bisa menutup mata .
Tapi anehnya , setelah sekian lama dia menutup mata , dia sama sekali tak merasakan sakit . Melainkan hanya bunyi seperti sebuah benda sedang terbentur sesuatu .
Dia membuka matanya pelan-pelan . Tampak sebuah perisai putih menyelimuti dirinya .
" Syukurlah " ucapnya sambil menarik nafas lega, walau dia masih bingung , darimana pelindung itu berasal .
Belum lama dia menghembuskan nafas , tiba-tiba pelindung itu pun retak setelah menerima serangan kedua dari makhluk itu .
Dan kini makhluk itu mulai akan melancarkan serangannya yang ketiga .
" Mati , mati deh gue " serunya panik sambil berusaha kabur , tetapi tak bisa karena masih dililiti oleh akar tumbuhan .
So ? Ya ga ada pilihan buat menutup mata lagi
Dan kali ini dia juga merasa tak merasakan rasa sakit seperti semula .
Pelan-pelan , dia mencoba membuka mata .
Tampak sosok lelaki tngah berada di depannya, dan menangkis serangan makhluk itu .
" Sepertinya si tuan putri sudah menunggu lama ya " ujar cowok itu sambil tersenyum .
Nelve hanya melongo , tak tau harus berbuat apa .
Tak lama kemudian , cowok itu sudah terkena lemparan piring dan juga terdengar suara derap langkah kaki mendekat.
" Jangan malah tatap-tatapan bego , segera bunuh monster itu agar kita bisa cepat" menghilang dari sini ! "
seru cowok lain marah sambil memegang kerah baju cowok itu .
" Santai bro , kaya beginian mah gampang " ujar cowok itu sambil mengayunkan cakarnya sekali kepada monster itu , dan monster itupun menghilang .
" Dasar , kalo urusan cewe paling jago deh " ujar cowo itu sambil melepas kerah baju dia dan mengambil kembali piring yg sudah dia lempar tadi .
Dasar aneh .
" Kalo boleh tau , ini dimana ya ? " Tanya Nelve ragu-ragu .
Kedua cowok itu hanya bertatapan , sambil tersenyum penuh arti . Nelve merasakan feeling gak enak .
" Kalian mikirin apa " Ucap seseorang yang tiba-tiba muncul di belakang mereka dan memegang pundak mereka yang dijamin , kelihatannya menyakitkan .
" Ampun ampun , cuma bcanda doang kok " ucap salah satu cowo yang tadi melempar piring sambil mengeluarkan tatapan memelas , yang malah keliatan , ehm , (pikir sendiri deh)
" Udah deh , , sana jelasin apa maksud kita ke sini " ujar cowo itu sambil melepas tangannya dari pundak mereka .
Dan cowo yang tadi melindunginya dari makhluk itu hanya terdiam , menghela nafas lalu berkata
" Kamilah yang menulis surat" aneh itu, karena kami butuh bantuanmu untuk mendamaikan kelima desa ini , dan karena kekuatan kami emang belum cukup untuk mendamaikan , dan andai saja bisa , kami tak akan memanggilmu dengan cara seperti ini " ujarnya cepat dan lgsg to the point .
Nelve hanya terdiam , dan menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal .
" Jangan langsung to the point bego ! anak kecil kaya dia mana ngerti ! " Seru cowo disampingnya sambil menjitak kepala cowo itu .
Mendengar kata anak kecil , Nelve menjadi agak tersinggung
" Kaya lo ngerasa muda aja , dasar abg tua " ujarnya sambil menghela nafas .
Ctek . Cowo itu pun menoleh
" Gue bukan abg tua ! Gue juga punya nama tau ! " solotnya .
" Oh , maaf deh , " ujar Nelve sambil tertawa kecil .
" Maaf , dia punya kebiasaan aneh , kalo marah suka lempar piring " bisik cowo tadi kepada Nelve .
" Ngomong apaan lo hah ! " seru cowo piring itu kesal .
" Gak ada , cuma ngomongin fakta " ujar cowo itu sambil tersenyum kecil .
Tak lama kemudian , mereka pun bertengkar . Membuat Nelve semakin tidak mengerti .
" Udahlah , lebih baik kamu ikut kami aja Nelve, daripada ribut ga jelas sama kedua cowo ini " ujar cowo itu sambil melerai kedua org itu .
" Kemana ? " Tanya Nelve lagi .
" Ke basecamp rahasia kami "
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Suatu potongan kertas kecil terbang dan mengelilingi seseorang yang tengah sibuk merapikan gunungan kertas yang sama seperti yang telah diterima Nelve .
" Kelihatannya dia sudah bergerak "
" Bagus deh , karena gue udah capek yang mau ngirim surat " sahut seorang lelaki yang tampak kepayahan sambil tiduran di atas meja .
" Yasudah cepat sana jemput dia "
" Oke ! " ujar lelaki itu sambil berlari menjauh
" Tunggu dulu ! "
" Apa lagi ? "
" Pintu keluarnya sebelah sana " ujar temannya sambil menunjuk ke arah berlawanan sambil menahan senyum
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
(Kermbali lagi ke cerita utama)
Nelve masih berusaha mengejar kertas aneh itu , yg makin lama makin membawanya ke tempat aneh yg tak dia kenal .
Dan sepanjang perjalanan , dia berkali-kali menemukan makhluk aneh
seperti burung bangkai raksasa , tanaman yang bisa berjalan , dan lain sebagainya .
Sulit untuk mendefinisikannya dengan kata-kata .
Dan kali ini membawa dia menuju semak belukar yang berada di sebuah hutan yang hawanya terasa sangat asing baginya .
" Ini kertas maunya apaan coba " keluhnya sambil membersihkan bajunya dari sisa semak" yang menempel di bajunya
tiba-tiba kertas itu berhenti , lalu menyobek-nyobek dirinya sendiri hingga menjadi serpihan-serpihan kertas kecil .
" Nah lo bagus , setelah susah-susah diikutin sekarang malah ngilang " gumam Nelve sebal , lalu mencoba melihat ke sekelilingnya
seperti kota tua yang sudah lama ditinggalkan , dan sama sekali tak ada tanda-tanda kehidupan di sana .
" Sabar , jangan panik , jangan panik " pikir Nelve mencoba tenang sambil mencoba berkeliling .
Tapi tampaknya semua bangunan disana memang sudah kosong .
" Kayanya gue lagi dipermainin nih " pikir Nelve sebal , lalu berpikir untuk pulang
Tetapi dia sadar
DIA SENDIRI TIDAK TAHU JALAN KELUARNYA DIMANA
" What The Day ! " keluh Nelve sambil menendang batu di dekatnya .
Belum selesai penderitaannya , tampak sebuah bayangan besar berada di belakangnya
" Nah bagus , sekarang apa lagi ini " pikirnya sambil menoleh ke belakang .
Tampak sesosok monster aneh raksasa sambil membawa sebuah pemukul yang dipenuhi oleh duri .
" Udah nyasar , stuck di kota mati , skrg dicegat sama makhluk aneh. sempurna " pikir Nelve sambil menggaruk kepala .
Makhluk itu pun segera melayangkan pemukulnya ke arah Nelve , yang langsung dihindari dengan sigap olehnya . Tampak pemukul itu menghancurkan dinding rumah yang tadinya utuh.
Dia pun berpikir untuk melawannya , sebelum dia menyadari satu hal
DIA TIDAK MEMILIKI SENJATA APAPUN
" Kayanya hari ini gue emang lagi apes banget deh " pikir Nelve lagi .
Makhuk itu hendak melayangkan senjatanya lagi , tetapi saat Nelve akan menghindar , sepatunya tersangkut oleh akar-akar yang ada di tanah . Pertahanan dirinya pun roboh . Sikap pedenya pun mulai mencair .
Baiklah , ini emang saatnya untuk panik .
" Mampus mampus , gue g mau mati konyol disini " pikirnya panik sambil berusaha melepas sepatunya dari lilitan akar itu , tapi sia-sia .
Sementara makhluk itu semakin mendekat . Karena pasrah , dia pun hanya bisa menutup mata .
Tapi anehnya , setelah sekian lama dia menutup mata , dia sama sekali tak merasakan sakit . Melainkan hanya bunyi seperti sebuah benda sedang terbentur sesuatu .
Dia membuka matanya pelan-pelan . Tampak sebuah perisai putih menyelimuti dirinya .
" Syukurlah " ucapnya sambil menarik nafas lega, walau dia masih bingung , darimana pelindung itu berasal .
Belum lama dia menghembuskan nafas , tiba-tiba pelindung itu pun retak setelah menerima serangan kedua dari makhluk itu .
Dan kini makhluk itu mulai akan melancarkan serangannya yang ketiga .
" Mati , mati deh gue " serunya panik sambil berusaha kabur , tetapi tak bisa karena masih dililiti oleh akar tumbuhan .
So ? Ya ga ada pilihan buat menutup mata lagi
Dan kali ini dia juga merasa tak merasakan rasa sakit seperti semula .
Pelan-pelan , dia mencoba membuka mata .
Tampak sosok lelaki tngah berada di depannya, dan menangkis serangan makhluk itu .
" Sepertinya si tuan putri sudah menunggu lama ya " ujar cowok itu sambil tersenyum .
Nelve hanya melongo , tak tau harus berbuat apa .
Tak lama kemudian , cowok itu sudah terkena lemparan piring dan juga terdengar suara derap langkah kaki mendekat.
" Jangan malah tatap-tatapan bego , segera bunuh monster itu agar kita bisa cepat" menghilang dari sini ! "
seru cowok lain marah sambil memegang kerah baju cowok itu .
" Santai bro , kaya beginian mah gampang " ujar cowok itu sambil mengayunkan cakarnya sekali kepada monster itu , dan monster itupun menghilang .
" Dasar , kalo urusan cewe paling jago deh " ujar cowo itu sambil melepas kerah baju dia dan mengambil kembali piring yg sudah dia lempar tadi .
Dasar aneh .
" Kalo boleh tau , ini dimana ya ? " Tanya Nelve ragu-ragu .
Kedua cowok itu hanya bertatapan , sambil tersenyum penuh arti . Nelve merasakan feeling gak enak .
" Kalian mikirin apa " Ucap seseorang yang tiba-tiba muncul di belakang mereka dan memegang pundak mereka yang dijamin , kelihatannya menyakitkan .
" Ampun ampun , cuma bcanda doang kok " ucap salah satu cowo yang tadi melempar piring sambil mengeluarkan tatapan memelas , yang malah keliatan , ehm , (pikir sendiri deh)
" Udah deh , , sana jelasin apa maksud kita ke sini " ujar cowo itu sambil melepas tangannya dari pundak mereka .
Dan cowo yang tadi melindunginya dari makhluk itu hanya terdiam , menghela nafas lalu berkata
" Kamilah yang menulis surat" aneh itu, karena kami butuh bantuanmu untuk mendamaikan kelima desa ini , dan karena kekuatan kami emang belum cukup untuk mendamaikan , dan andai saja bisa , kami tak akan memanggilmu dengan cara seperti ini " ujarnya cepat dan lgsg to the point .
Nelve hanya terdiam , dan menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal .
" Jangan langsung to the point bego ! anak kecil kaya dia mana ngerti ! " Seru cowo disampingnya sambil menjitak kepala cowo itu .
Mendengar kata anak kecil , Nelve menjadi agak tersinggung
" Kaya lo ngerasa muda aja , dasar abg tua " ujarnya sambil menghela nafas .
Ctek . Cowo itu pun menoleh
" Gue bukan abg tua ! Gue juga punya nama tau ! " solotnya .
" Oh , maaf deh , " ujar Nelve sambil tertawa kecil .
" Maaf , dia punya kebiasaan aneh , kalo marah suka lempar piring " bisik cowo tadi kepada Nelve .
" Ngomong apaan lo hah ! " seru cowo piring itu kesal .
" Gak ada , cuma ngomongin fakta " ujar cowo itu sambil tersenyum kecil .
Tak lama kemudian , mereka pun bertengkar . Membuat Nelve semakin tidak mengerti .
" Udahlah , lebih baik kamu ikut kami aja Nelve, daripada ribut ga jelas sama kedua cowo ini " ujar cowo itu sambil melerai kedua org itu .
" Kemana ? " Tanya Nelve lagi .
" Ke basecamp rahasia kami "
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------