Follow me on Twitter RSS FEED

Chapter 22

Posted in
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Suatu siang , tampak suhu saat itu masih sangat panas dan membuat orang-orang enggan untuk sekedar berjalan di bawah sinar teriknya ,
tetapi , saat itu tampak Nelve tengah berlatih sendirian , karena dia merasa belum bisa memakai skill yang dimaksud oleh Vigo itu .
Berkali-kali dia menghentakkan kakinya dan mengangkat tangannya ke atas , tetapi dinding pasir itu muncul hanya sesaat dan tak bertahan lama . Sehingga lama-lama membuatnya kesal .

" Ah sebal , ini kenapa sih dindingnya munculnya sebentar banget " Keluh Nelve kesal .

" Hentakkan kakimu kurang kuat "

Tiba-tiba , muncul seorang cowo dari balik pepohonan dan mengenakan pakaian yang memiliki simbol desa air . Hanya saja , Nelve merasa seperti tak pernah melihatnya sebelumnya .
Cowo itu lalu berjalan dan berhenti tepat di hadapan Nelve , lalu mempraktekkan jurus itu . Dia menghentakkan kakinya dengan kuat dan mengangkat tangannya dengan cepat ke atas , sehingga keluarlah dinding pasir yang cukup tinggi dan bertahan cukup lama . Nelve terpana melihatnya .

" Mengerti ? Skill ini bukan hanya membutuhkan refleks , tetapi juga gerakan yang cepat dan kuat " Ujar cowo itu lagi . Tetapi Nelve hanya terdiam , tak menanggapi karena dia masih merasa curiga dengan orang itu . Bagaimana kalau ternyata dia mata-mata dari desa petir ?

Merasa dicurigai , cowo itu pun menggaruk kepalanya " Eh gue bukan mata-mata dari desa sialan itu kok . Gue juga orang desa ini " Tukasnya buru-buru .
Mendengar itu , Nelve semakin heran

" Kok aku ga pernah melihat kamu sebelumnya ? " Tanya Nelve lagi . Cowo itu tertawa

" Ya karena berbagai alasan , gue memutuskan untuk menyendiri " Jawab cowo itu lagi dengan tatapan menerawang .

" Oh iya , ayo kita lanjutkan . Lo belum mempraktekkan skill tadi kan ? " Sambung cowo itu lagi .

Meski sedikit bingung , Nelve pun menurutinya . Cowo itu mengajari Nelve dengan sabar , dan berulang kali mempraktekkan jurus yang benar kepadanya . Hingga suatu ketika , Nelve berhasil membuat dinding pasir seperti yang dibuat oleh cowo itu , walau tak setinggi yang dia buat , namun dinding itu bertahan cukup lama .

" Terima kasih ya ! " Ujar Nelve senang , karena merasa telah berhasil membuat skill penyerap serangan itu . Cowo itu hanya tersenyum .
Tak lama kemudian , terdengar suara langkah kaki dari kejauhan . Mendengar itu , cowo itupun langsung bergegas " Maaf , gue harus pergi " Ujarnya buru-buru

" Eh tunggu ! " Nelve berusaha mencegahnya , tetapi cowo itu lebih cepat . Dia lebih dulu menghilang di balik hutan sebelum Nelve sempat menanyakan namanya .

" Cowo aneh " Gumam Nelve sambil menggaruk kepalanya .
Dari belakang ,  tampak Gen tengah membawa sebuah tas .

" Nelve latihan terus , ga kepanasan apa ? " Ujar Gen heran melihat Nelve yang betah berpanas ria di tengah lapangan di tengah hari . Nelve hanya tertawa

" Soalnya aku belum bisa memakai skill dari Vigo . Padahal waktunya sudah mepet . Makanya aku tetap berlatih walau panas seperti ini " Jawab Nelve sambil duduk di bawah pohon dan menyeka keringatnya . Gen mengeluarkan botol air dari dalam tas dan melemparkan kepadanya

" Satria bilang supaya gue menjemput elu . Katanya bahaya ngebiarin cewe sendirian " Ujar Gen sambil meminum botol jatah dirinya . Nelve bingung medengarnya

" Aneh , padahal Satria bilang gak apa-apa gue latihan disini , karena lapangan ini sudah terlindungi " Ujar Nelve bingung membuat Gen tersedak .

" Ah sudahlah , yang penting ayo sekarang balik ke basecamp " Tukas Gen buru-buru . Sekilas , Nelve bisa melihat kalau muka cowo itu berubah berwarna merah . Melihat itu , Nelve pun tertawa .

" Ah sial , oh ya btw gue pengen tau skill apa yang lo pelajari selama ini sampe mati-matian latihan begini " Ujar Gen mengalihkan pembicaraan . Nelve pun langsung berdiri dan menunjukkan kertas itu .

" Begini . ."
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
( Sementara itu di basecamp )

Tak seperti biasanya , kini Juki lebih sering berlatih di ruangan latihan daripada mengerjakan dokumen-dokumen tua itu .Bila ditanya , dia hanya beralasan kalau pertarungan lebih penting daripada ilmu , mengakibatkan Neo terpaksa menggantikan tugasnya, walau dia tak begitu mengerti tentang tulisan-tulisan kuno itu .

Disaat Juki tengah sibuk berlatih , tampak Reihn memasuki ruangan itu dan celingukan . Melihat itu , Juki pun menghentikan latihannya .

" Ada apa Reihn ? " Tanya Juki sambil mengelap keringatnya .

" Ah juk , lo ga ngeliat Satria ? " Tanya Reihn bingung . Mendengar itu Juki pun terkekeh

" Kemarin kan udah seharian sama dia , ditinggal sehari aja udah bingung lu Reihn " Ledek Juki

" Eh bukan itu ! Masalahnya gue ga ngeliat dia daritadi pagi " Tukas Reihn kesal membuat tawa Juki terhenti

" Serius ? " Tanya Juki curiga .

" Ngapain juga gue bohong ! " Tambah Reihn lagi . Juki pun teringat , kalau Satria bilang dia akan pergi ke perbatasan untuk mengecek keamanan pertahanan desa . Perasaannya mulai tidak enak .

" Gue cabut dulu " Ujar Juki sambil buru-buru meninggalkan Reihn

" Eh mau kemana lu Juk ? Gue ikut ! " Seru Reihn sambil berlari mengikuti Juki
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

0 komentar:

Posting Komentar