Follow me on Twitter RSS FEED

Konflik part 1 :)

Posted in


(Ini hanya kisah karangan dan tidak nyata, yg menggambarkan kejadian bullying yg sekarang sedang merebak)

" Dengar deh, katanya Tim Yin itu memakai dukun agar selalu menang lo! "
" Iiih amit-amit! "
" Heh apa maksud kalian ngomong-ngomongin jelek tentang Tim Kami! "
" sudahlah, gak perlu diladenin "
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Itulah kegiatan kami sehari-hari, saat mengajak anak untuk menjadi suporter tim.
Entahlah dari mana awalnya
tiba-tiba Tim Yang membenci dan menebar fitnah pada tim kami, Yin.
Mungkin karena kami selalu unggul.
Padahal, kalau dilihat-lihat.
Tim kami dgn dia bagaikan pare dan cokelat!
Tetapi, entah, apa keberuntungan sedang berpihak pada kami, atau karena sebab yg lain.

" siang siang udah nglamun! Ayo kumpulin suporter lagi! "
ujar Dhelz, temenku yang bertugas sebagai humas tim kami.
Yaah sama sepertiku.
" Habis ini, mau ngumpulin sapa lagi? " tanyaku sambil merogoh botol berisi air.
" hem ke klas sebelah, kita rekrut suporter sebanyak-banyaknya! " jawabnya dgn penuh smangat.
" Ya ya ya, terserah " sahutku lemas sambil berdiri.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
" Hoi "
" Apa? "
" Kau yakin mau nglakuin ini? "
" Yakin banget! Ini demi tim kita!"
" Terserah "
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Pada saat kami selesai merekrut suporter baru, tanpa sengaja kami melihat para anggota tim Yang mengerubuti pemain tim kami, Benam.
" Hei Liz, kau lihat itu? " Bisik Dhelz padaku.
" Bukankah sekarang waktunya tim kita latihan harian? " jawabku setengah berbisik.
" Ayo cepat kita sembunyi di semak-semak sana! " komando Dhelz sambil menarikku.
Dan inilah yg kami dengar.
benam : mau apa kalian?
Anggota Yang 1 : hei kami minta besok kau pura-pura tidak bisa mengikuti pertandingan!
benam : heh, memang siapa kalian? enak aja bilang seperti itu!
Anggota Yang 2 : sudah, ikuti saja bila kau ingin selamat!
benam : anggota tim lebih penting
Anggota Yang 3 : Kau itu sudah junior, belagu!
benam : daripada kalian, para senior pengecut yang beraninya hanya menindas tim kami?
Anggota Yang 1 : Kau!!! *memukul*

"Astaga, Dhelz!" bisikku padanya.
Sungguh, baru kali ini aku melihat adegan seperti ini.
"Kita harus gimana?" tanyaku lagi.
Sementara benam sudah mulai kepayahan dipukuli oleh 3 anggota tim Yang.
Dhelz hanya terdiam.
Dia tampak kalut.

Astaga.
Ini sungguh kelewatan.
Mereka berani menggencet tim kami, hanya karena itu?
Saat aku mau bertanya lagi pada Dhelz, tiba-tiba dia udah beranjak dan menuju ke sana.
Astaga (lagi)
aku ditinggal.

Bagaikan pertunjukan live, aku melihat Dhelz memukuli para anggota yg kurang ajar itu dgn jurus taekwondonya.
Saat Dhelz merasa semua sudah lumpuh.
Tiba-tiba ada seseorang yang bangun dan hendak memukul Dhelz dari belakang.
Aku tak bisa diam lagi.
Aku berlari dari tempatku, dan mendorong orang itu dgn sekuat tenaga sampai rubuh.
Kelihatannya Dhelz agak terperanjat juga.
Setelah itu, mereka pun kabur.
Dasar pengecut.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
" Kau tidak apa-apa, benam? " tanya Dhelz sambil mengeluarkan kotak P3K yg dia ambil dari UKS.
" ya, seperti yg kau lihat. " jawabnya.
" Dasar mereka itu " ucapku penuh amarah sambil mencari obat memar di kotak obat.
" Sudahlah, tidak apa-apa " sahut benam.
" Tetapi, mengapa kau tidak membalasnya? " tanya Dhelz sambil mengobati luka-lukanya di bagian kaki.
" Bila aku membalasnya, berarti alu mengaku kalau tim kita memang melakukan hal-hal yang selama ini mereka ucap " jawabnya kalem.
" Tapi itu sudah kelewatan! " jawabku sambil mengeluarkan obat memar, dan mengobati memar-memar di tangannya.
" Sudahlah, tidak usah dipirkan lagi. " sahutnya sambil merintih kesakitan.
Tiba-tiba dia beranjak dari kasur.
mencoba berjalan.
" Hei hei, kau mau kemana? " ucap Dhelz heran.
" Aku mau latihan " jawabnya, singkat.
" Luka-luka dan memarmu blom sembuh betul! " ucapku agak panik.
" tidak ada waktu untuk beristirahat. Lagipula mereka pasti akan mencariku. Aku tidak enak bila membuat bingung mereka. " jawabnya sambil mencoba berjalan, sambil bersandar di dinding.
Dhelz hanya menghela napas, sambil mengangkat tangan benam ke pundaknya.
" Bila membutuhkan kami, bilang saja " ucapnya.
Aku mengikuti langkahnya dan melingkarkan tangan benam di bahuku.
Dan kami pun berjalan bersama menuju stadion tempat tim kami biasa berlatih.

0 komentar:

Posting Komentar